Rabu, 22 September 2010

Mari Cicipi Sajian Negeri Paman Ho

JAKARTA – Masakan Vietnam terbilang langka di Indonesia. Jarang sekali restoran yang khusus menyajikan menu-menu dari negeri Paman Ho itu. Peminatnya padahal tak sepi-sepi amat. Memang, di Jakarta sudah ada resto cepat saji yang menyediakan masakan Vietnam tetapi rasanya belum cukup menuntaskan dahaga para pencinta kulinari.

Arie Parikesit (28 tahun) begitu bersemangat. Lelaki yang dikenal pencinta kulinari dan koki andal ini tak pernah bosan bercerita soal masakan Vietnam. Tampaknya, ia sangat ingin mencicipi masakan ini di negeri sendiri. ”Gue denger di Cikini ada restoran Vietnam. Gimana kalau kita ke sana?” ajaknya.
Menemui Resto Vietopia ternyata tak sulit. Resto ini ada di pinggir jalan Cikini Raya. Persisnya di seberang apotik Kimia Farma. Kesan pertama yang kita dapat saat memasuki resto ini adalah gaya kolonial yang masih dipertahankan oleh bangunan tempat resto ini berada. Menurut Arie, ini sangat sesuai dengan Vietnam sendiri yang juga banyak mendapat pengaruh kolonial Perancis baik dari segi makanan maupun hal-hal lain.
”Saya memang sangat suka dengan Cikini. Selain cukup strategis, rumahnya masih bergaya kolonial,” sebut Jimmy Dharmadi, salah seorang pemilik Vietopia beberapa waktu lalu. Resto ini dibuka sejak September tahun lalu. Ini merupakan karya bersama dari Jimmy dan kawan-kawan. ”Saya ber-partner di sini. Kami patungan lalu coba buka restoran ini.”
Resto yang tidak terlalu luas ini didesain dengan cukup ”smart” dengan memadukan rumah gaya kolonial dengan interior yang modern, ringan dan minimalis, lebih baik lagi kalau resto ini menambah jiwa di interiornya dengan pajangan-pajangan khas negeri Vietnam.
Buku menu restoran ini sangat menarik, pemakaian kertas daur ulang dan lukisan khas vietnam di sampul buku menambah keunikannya, kerbau membajak sawah, nelayan, perempuan memakai ao dai (baju khas Vietnam) adalah beberapa lukisan yang ada.
Makanan yang disajikan oleh Resto Vietopia cukup otentik, seperti Goi Cuon atau Fresh Spring Roll, Banh Trang atau rice wrapper diisi dengan udang rebus, telur dadar, daun selada dan daun bawang. Cara makannya, dicocol dengan saus hoisin dengan campuran kacang ulek dan daun-daunan segar.
Lalu, ada Goi Tam Hap Du Du, salad pepaya muda serut, dan wortel serut ditaburi kacang sanggrai tumbuk, daun ketumbar dan saus nuoc mam. ”Menu ini sangat segar terutama paduan yang pas dari tekstur wortel dan pepaya muda dengan kacang yang renyah dan dressing yang ringan,” kata Arie memberi komentar.
Makanan pembuka yang lain adalah Bo La Lot. Menu ini berupa daging cincang dengan potongan sereh lalu dibungkus dengan daun la lot ”Sejenis daun yang satu famili dengan daun merica (piper nigrum),” jelas Arie saat ditanya rekan-rekannya yang mengerenyitkan dahi. Dagingnya matang namun tidak kering. Keharuman dan tekstur daun la lot makin menambah kelezatan menu ini.
Dalam kesempatan uji rasa dadakan itu, kami juga mencicipi beberapa menu pembuka lain: Cha Gio (lumpia goreng) dan Chao Tom (udang giling) dengan bumbu beras sanggrai giling, putih telur dan bawang putih lalu dibakar dengan ditempelkan pada segmen batang tebu. ”Sayangnya salah satu menu pembuka yang cukup terkenal yaitu Bahn Xeo nggak ada,” kritik Arie di sela makan-makan. Bahn Xeo adalah crepe gurih berisi udang, telur, tauge, kucai dan bawang Bombay.
Hu Tieu Tom Cua, atau Seafood Noodle Soup, cukup lezat dan segar berisi bihun, udang, baso ikan dan telur puyuh. Sayangnya, ”Isi menu ini nggak sesuai dengan deskripsi di
menu yang memakai cumi, ikan, dan crab stick,” kritik Arie yang saat ini bekerja di sebuah ornop lingkungan berkelas internasional. Hanya saja, kelebihan menu ini adalah penambahan ngo gai, atau bisa disebut daun ketumbar panjang (saw-coriander) yang memiliki daun agak bergerigi seperti gigi gergaji, tapi aroma dan rasa menambah lezat sup bihun ini.
Salah satu menu yang menjadi andalan adalah Cha Cua. Ini kue ikan kukus yang berisi ikan lumat, soun, telur dan jamur, begitu lembut di lidah dan yang penting sangat menyehatkan tanpa mengorbankan rasa. Cha Kho To atau Gindara dengan saus karamel dan Nuoc Cham (kecap ikan Vietnam), perpaduan ikan yang segar - terlihat dari dagingnya yang masih padat - saus yang tidak terlalu dominan tapi tetap terasa dan harum daun ketumbar yang ditabur. ”Ini yang membuat masakan ini adi menu favorit gue,” ucap Arie kepada lima rekan kerjanya yang diajak uji rasa dadakan ini.
Selain menyediakan makanan khas, Vietopia juga menyajikan beberapa minuman khas. Ambil contoh Ca Phe Sua Da. Es Kopi Vietnam yang dibuat dengan cara meneteskan kopi perlahan-lahan - bisa sampai 10 menit - dengan alat khusus (coffee driping pot). Alat ini terbuat dari logam sebesar cangkir kecil, di bagian bawahnya terdapat lubang-lubang kecil.
”Ekstrak kopi yang dihasilkan sangat kental dan memberikan rasa dan aroma yang khas,” kata Arie. Alat ini diisi bubuk kopi dan air panas lalu ditaruh di atas gelas yang sudah berisi susu kental manis. Usai tetesan kopi berhenti, campuran kopi susu ini dituang ke dalam gelas lain yang sudah berisi es batu.
Selain es kopi susu Vietnam tadi juga tersedia Cha Phe Da atau Es Kopi, Ca Phe Sua Nong yaitu kopi susu panas dan Ca Phe Den Nong atau Kopi Panas Vietnam yang semuanya memakai metode yang sama yaitu dengan menyeduh memakai alat coffee dripping pot tadi.
Menurut Arie, bahan baku yang sangat penting dalam masakan Vietnam adalah aromatic herbs atau herbal/daun-daunan aromatik seperti daun ketumbar, daun mint, daun perilla, daun ngo gai dan sebagainya.
Saat mengobrol dengan Fiona Jap – rekan Jimmy yang juga salah seorang pemilik resto ini – pertanyaan Arie terjawab sudah. Fiona bilang, untuk menyediakan daun-daunan itu mereka membawa bibit dari Vietnam dan menanam sendiri. Selain lebih segar, beberapa herbal aromatik Vietnam tak bisa didapatkan di Indonesia.
”Terus terang gue agak kecewa melihat daftar dessert-nya, habis nggak ada dessert khas Vietnam,” keluh Arie. Yang ada, hanya Mango Sticky Rice yang lebih populer di Thailand, Banana Crepes yang warisan kolonial Perancis dan Iced Longan yang walaupun juga banyak diminum di Vietnam tapi kurang khas, mungkin Vietopia perlu menambah daftar dessert-nya.



Sumber     : sinarharapan
Lihat juga :
The cafe
Coffee bean
Starbuckz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar