Selasa, 02 November 2010

Kedai Kopi Kimteng, Pasar Bawah Pekanbaru

Kedai Kopi Kimteng yang terletak di dekat Pasar Bawah Pekanbaru. Kami berangkat dari DBQ 201 Rumbai jam 8 pagi, dan tidak lama kemudian sampai di Kimteng. Ketika kami datang, pas jadualnya sarapan pagi sehingga kedai Kimteng dipenuhi oleh pelanggan yang akan menikmati sarapan ditemani secangkir kopi. Kami pun kemudian masuk kedalam kedai dengan dipandu oleh pramusaji yang menunjukkan meja yang kosong.

Kedai kopi Kimteng merupakan salah satu legenda kedai kopi di Kota Pekanbaru. Kedai kopi ini dirintis oleh Tan Kim Teng pada tahun 1956, dan sejak tahun 2000 di kelola oleh Mulyadi Tenggana yang merupakan cucu dari Tan Kim Teng. Sedangkan Tan Kim Teng sendiri merupakan salah satu pejuang kemerdekaan RI yang konon berjasa memasok senjata dari Singapura. Pada awalnya kedai ini bernama Kedai Kopi Segar yang terletak di Jln Muhammad Yatin Pasar Bawah, setelah beberapa kali pindah tenpat akhirnya menetap di tempat yang sekarang dan membuka lain di Mall SKA, Mall Senapelan, Mall Ciputra dan Pustaka Soeman HS.

Menu andalan kedai ini adalah kopi dan roti. Untuk bahan baku bubuk kopi didatangkan bubuk kopi berkualitas tinggi dari Solok, sedangkan rotinya dibuat oleh Wolter Monginsidi Bakaery sejak tahun 1970 dan selai srikaya dibuat sendiri oleh kedai ini.

Meskipun memiliki menu andalan kopi dan roti, di kedai Kimteng Senapelan juga tersedia makanan yang lain seperti dim sum, mie ayam dan lontong sayur. Makanan ini disediakan oleh pedagang yang menyewa tempat dan ikutan berdagang di kedai ini. Sebuah simbiosis mutualisma yang saling menguntung, pemilik kedai kimteng mendapat sewa dari pedagang lain dan pedagang itu memperoleh tempat jualan di kedai yang sangat ramai.

Kami beruntung masih memperoleh tempat duduk meskipun harus nunggu sebentar karena mejanya sedang dibersihkan. Tak lama kemudian kami meminta daftar menu untuk memilih menu sarapan kami masing-masing. Saya dan Wildan memesan dimsum ceker dan bubur ayam, Hery memesan mie ayam jamur dan lumpia udang dan Yayak memesan mie goreng. Sedangkan roti bakar kami pesan untuk bersama-sama. Untuk minumnya, saya memesan kopi karena saya penasaran ingin menikmati kelezatan citarasa kopi Kimteng yang sudah melegenda, meskipun sehari-hari saya sudah berhenti minum kopi cukup lama.

Pesanan kopi saya datang bersama dengan pesanan minuman teman-teman. Saya pun kemudian mulai menikmati secangkir kopi panas yang beraroma sedap. Menurut saya kopinya enak, mungkin karena menggunakan bahan kopi yang berkualitas.

Tidak berapa lama kemudian pesanan makanan kami datang. Yang pertama datang adalah roti bakar yang merupakan menu andalan kedai ini. Roti bakar di sini di kenal juga sebagai roti kawin karena dibuat dari 2 lembar roti tawar yang diisi tengahnya dengan selai srikaya. Roti bakar pesanan Hery pun kemudian kami makan ramai-ramai. Roti bakarnya enak sekali, rotinya lembut, mengembang dan selai srikayanya enak. Kami sempat berdiskusi dengan Heri, bertanya-tanya bagaimana caranya agar roti yang dibakar bisa mengembang. Kemungkinan adalah karena pemakaian bahan rotinya yang khusus.

Bubur ayam pesanan saya datang tak lama kemudian. Bubur ayam di sini sedikit berbeda dengan bubur ayam Bandung di jln Ronggowarsito maupun Pasar Rumbai karena bubur ayamnya agak encer. Di dalam buburnya ada telur setengah matang dan di atasnya ditaburi dengan suwiran ayam, seledri dan bawang goreng. Bubur ayam ini disajikan dengan semangku cakwe. Saya pun kemudian menikmati sarapan pagi dengan bubur ayam ini, rasanya enak.

Pesanan saya yang lain adalah dim sum ceker. Ini merupakan makanan yang baru pertama saya temui, biasanya saya makan ceker goreng atau peyek ceker. Ternyata ceker yang dimasak seperti ini enak juga, kalau ke sini lagi mungkin saya akan memesan ceker ini lagi

Setelah selesai makan, kami pun kemudian membayar sarapan pagi kami. Untuk makan berempat sampai kenyang [kalau tidak dibilang kekenyangan], kami cukup membayar 143 ribu rupiah. Sekilas relatif mahal kalau dibandingkan dengan kedai kopi yang lain, namun terasa sepadan kalau melihat kelezatan makanan, kecepatan pelayanan dan kenyamanan suasana serta nama besar Kimteng. Pelayanan lumayan cepat karena pembagian tugas, ada yang menerima order , tukang hitung sampai tukang bersih bersih . Sedangkan kenyaman suasana di dukung oleh perluasan kedai yang dulunya dua pintu menjadi 3 pintu, sehingga pengunjung tidak terlalu sesak, riuh dan penuh asap rokok seperti sebelumnya.

Pada hari kerja banyak pembeli dari kalangan pemda dan menggunakannya sebagai tempat diskusi bisnis dan politik. Bagi pecinta kuliner rasanya sayang kalau di Pekanbaru sampai melewatkan kesempatan singgah di Kedai Kopi ini.

* kulineronline

Tidak ada komentar:

Posting Komentar