Rabu, 01 September 2010

Soto Mie Haji Sahadi di Jalan Karang Anyar

Soto Mie Karang Anyar, Bertahan Lebih dari Setengah Abad

KAWASAN Sawah Besar atau Sao Besar, termasuk di dalamnya Pasar Baru, Krekot Bunder, Pecenongan punya sejarah yang cukup panjang. Meski seperti yang biasa terjadi di negeri ini, tapak sejarah itu sudah tak lagi berbekas. Sebut saja tempat tinggal keluarga Thamrin Moehammad Thabri (ayah Hoesni Thamrin) dan tempat tinggal Hoesni Thamrin setelah berkeluarga yang sudah menjadi pertokoan.

Jika secara fisik banyak warisan sejarah dibabat habis, tak demikian dengan warisan budaya kuliner, khususnya. Meski demikian, pedagang harus terus bertahan melawan masuknya menu asing dan menu tradisional yang dikemas mewah.

Kalau kawasan Pancoran, Glodok, Jakarta Barat, dikenal sebagai pecinan dengan warisan budaya kuliner yang tak akan habis digali, maka kawasan Sawah Besar disebut sebagai kampung Betawi. Meski demikian, tak semua warisan budaya kuliner di kawasan ini adalah makanan asli Betawi. Sebut saja soto mie Nikmat milik keluarga Haji Sahadi.

Keberadaan soto mie khas Rancamaya, Bogor, ini sudah lebih dari setengah abad. Dari hanya berbekal pikulan dan dijajakan keliling di seputaran Krekot Bunder hingga kini sudah menempati lahan yang lumayan luas di Jalan E Karang Anyar ditambah satu cabang di ruko di Kelapa Gading.

Lokasi tempat makan ini memang tidak di pinggir jalan utama karena lebih tepat di sebut gang dan berada di lingkungan perumahan jadi bagi yang baru kenal dengan soto mie ini, agak sulit mencari. Tapi soto mie ini sudah cukup kesohor sehingga orang di seputaran Jalan Karang Anyar bisa jadi peta berjalan.

Sederhana tapi cukup bersih, begitu tampilan tempat ini. Di bagian depan ada plang bertuliskan Soto Mi Haji Sahadi. Anda datang, langsung dilayani dan biasanya Anda akan ditanya, apakah ingin soto mie campur, atau ada pilihan lain. Campuran soto mie sederhana saja, bihun, mie, kol, diguyur kuah daging dengan potongan daging. Tambahannya, risoles dan emping bulat sebesar piring ukuran sedang.

Untuk harga Rp 15.000/porsi, ukuran soto mie semangkok besar dengan daging menumpuk menutupi campuran lain, tentu sepadan. Jika Anda ingin tambah emping, ya, tambah Rp 3.000 sedangkan satu risoles dibanderol Rp 1.000.

Soal rasa, tentu perkara selera. Tapi jangan membayangkan soto mie ini seperti soto mie yang biasa Anda santap. Sebelum mencoba, tak perlu mencela. Memang ini hanya soto mie. Kesannya biasa. Tapi soto mie ini bukan hanya sudah melampaui lebih dari lima dekade tapi juga karena memang porsi dan rasanya berbeda dari soto mie lain.

Menurut Sumayadi, putra kedua dari enam bersaudara, yang kini bergantian dengan adik-adiknya menjalankan bisnis ayahnya, Haji Sahadi, daging yang digunakan sejak jaman sang ayah adalah daging kepala dan urat ditambah daging sop (daging iga). Hajah Mumun, istri Haji Sahadi, memang diserahi tugas mengelola bisnis ini namun karena usia beranjak senja, maka urusan ini akhirnya diturunkan pada keenam putra-putrinya.

”Kita bergantian seminggu-seminggu jaga di sini,” kata Sumayadi. Khusus untuk cabang di ruko Kelapa Gading, di Jalan Boulevard Raya FX1 no 3, yang mengelola adik dan kakak perempuan Sumayadi.

Buat yang suka makanan berkuah, di siang yang panas atau siang selepas hujan, soto mie ini bisa jadi pas. Bumbu dan kuah daging, apalagi jika ditambah sambal, ini beradu dan menghasilkan rasa yang bikin mulut enggan berhenti menyeruput sampai kuah ludes.

Soto Mi Nikmat Haji Sahadi buka dari Senin-Minggu sejak pukul 08.00 hingga pukul 19.00.

Sumber : jalanasik.com

Lihat Juga :
Seafood
Sate

Tidak ada komentar:

Posting Komentar